Senin, 07 Mei 2012

Saya 24 tahun, dan saya berharap saya tidak sadarkan itu.

22 April 1988.. 24 tahun yang lalu aku lahir.

Percaya atau tidak, siap atau tidak siap, sekarang aku memang sudah seTUA itu.. walaupun diantara para wanita  berumur 40 tahun aku masih tergolong muda, tapi diantara para "ababil" aku sudah menjadi seorang yang berumur.

Bersyukur, Pasti! Takjub dan khawatir? PASTI!
Entah kenapa aku harus khawatir. Bertambahnya umur adalah hal yang sangat wajar dan suatu berkat. Setiap di Tahun kelahiran kita di ulang, kita pasti berdoa dan didoakan agar panjang umur. Lalu lantas kenapa bertambah umur menjadi sebuah kecemasan. Seakan akan ada sebuah perlombaan yang sebentar lagi deadline-nya sudah dekat.Dari sini aku berpikir apa yang sudah aku persiapkan untuk maju di perlombaan nanti, entah bertanding dengan siapa pun aku tidak mengerti.


Semua peralatan kehidupan menjadi semakin dipertanyakan. Pendidikan, Pekerjaan, Karir, Keluarga, Pertemanan sampai yang terpaling membuat KEGALAUAN di muka bumi ini, Percintaan. Sudah seperti apa pendidikan aku sekarang ?, sudah sejauh mana pekerjaan aku sekarang?, sudah setinggi apa karir aku sekarang?, sudah berbuat apa saja aku untuk keluarga?, sudah seperti apakah hubungan pertemananku? , dan sudah se-dalam apa kisah perCintaan ini.

Semua menjadi pertanyaan dan tidak semuanya berjalan sesuai "TO DO LIST " . Ya kecewa, sedih, ingin marah dan ingin lari dari masalah sempat terlintas dibenakku. Namun, aku tetap berjuang untuk tetap menikmati dari sisi sebuah kehiduapn yang pahit. Mencoba menelan dan menikmati apa yang tidak terasa manis. Sekali lagi aku bermimpi diumurku yang sudah menjadi matang. aku berharap sebuah harapan masih ada di tengah harapan didalam pengharapan.

Umurku 24 tahun dan aku berharap aku tidak sadarkan itu. Tak lekas aku menjadi tua, hanya mungkin harus menjadi semakin dewasa dan bijaksana.

Regards
Bee



Rabu, 14 Maret 2012

Aroma packaging industrial

Kalian pernah merasa tidak? kalau kehidupan itu benar-benar cepat sekali bergerak..

Ya saya merasakan hal itu,, Setelah satu bulan kemarin saya mengikuti training Account Executive Development Program Kompas Gramedia, di bulan berikutnya saya sudah berada di sebuah lingkungan yang benar-benar baru untuk saya. Dunia produksi percetakan dan packaging, ya sekarang saya sedang berada disini. Saya ditugaskan untuk setengah tahun kedepan.

Banyak sekali pengalaman baru dan perasaan baru yang saya rasakan disini. Di Kawasan Industri ini saya benar-benar merasakan atmosfir yang berbeda dibandingkan dengan pengalaman kerja saya di lingkungan kantor di Jakarta. Karena saya memang bekerja di kantor yang memang merupakan tempat produksi percetakan (read : pabrik), saya sangat merasakan aroma yang sangat berbeda walaupun saya tidak bekerja di depan mesin cetaknya.

Saya memperhatikan dan menikmati wangi kertas, bau mesin, suara mesin, bau minyak, suara tumpukan-tumpukan kertas, suara tangan-tangan pekerja melipat packaging, sampai melihat truk besar lalu lalang di kantor kami.. Ada kesan tersendiri dari apa yang saya rasakan disini. Unik dan menarik. Walau terkadang rindu dengan suasana yang terdahulu.

Yang terpenting sekarang saya sekarang harus Thingking Out the Box and thinking The BOX. Saya harus menyatu dengan Duplex,Ivory dan Corrugated.

Bee at CIKARANG PLANT

Kamis, 19 Januari 2012

Kertas Pertama 2012

Yeayyyyy this is a NEW YEAR..

Setelah rutinitas countdown waktu pergantian tahun, langsung cepat - cepat kusiapkan buku baru dan kusimpan buku yang lama. Sebelum membuka buku yang baru, aku membaca sekilas buku ku yang lama. Just for a moment and then leave it! Doa syukur untuk nafas yang baru ini mulai mengalir di kertas pertama yang aku buka. HARAPAN di kertas pertama. SEMANGAT.SENYUMAN. Dan SINERGI yang positif.


BOOKMARKS : Tante yang disibukan keponakannya.
>> Hari pertama di tahun 2012 ditutup dengan malam yang melelahkan bersama keponakanku. Berniat menemani kakakku yang ingin membeli sepatu baru di mal, aku justru terjebak dalam geliatan Alantha keponakanku yang pertama dan Ewaldo si kecil keponakanku yang kedua.

Aku pergi dengan Kakak tertuaku dan istrinya dan tentu anaknya, Ewaldo. Lalu kakak perempuanku yang ingin membeli sepatu dan Alantha, keponakanku yang satu lagi, tanpa mamanya. Langkah kaki pertama aku dan kakakku yang perempuan serta Alantha pergi ke toko buku. Kami berpisah dengan kakak laki-lakiku dan keluarganya.

Kami bergegas mencari pensil warna dan buku gambar. Ini adalah baru tempat pertama yang kami kunjungi tapi Alantha sudah mulai menunjukan kelincahannya yang akan menjadi hari yang melelahkan. Hampir semua barang yang dia lihat dia ingin beli. Bertanya sendiri menjawab sendiri. " Alantha mau yang mana? yang ini atau yang ini. oh yang ini yaudah". Ini kalimat sakti yang selalu ia keluarkan kalau ingin membeli suatu barang. Selesai berhasil membujuknya dan mendapatkan pensil warna dan buku gambarnya kami pergi ke kasir untuk membayar. Sambil mengantri ada saja tingkahnya dan dia berhasil meminta mainan yang dia lihat yang sebenarnya dia juga tidak tahu apa yang dia beli. Acara toko buku selesai, mulailah kami mencari sepatu. Kenyataannya, belum satupun toko sepatu yang berhasil kami jelajahi, kami malah sibuk mengejar Alantha. Semua toko dia masuki, naik eskalator, turun eskalator, berlari-lari dan tiba-tiba dia minta gendong. Dia beranjak umur 3 tahun dan tubuhnya sudah besar, jadi dengan berat badanku yang tak sampai 50 kilogram menggendong dia cukup membuat pegal -pegal. Akhirnya pengalihan terjadi di JCO resto donat dan coffee. Buku gambar aku buka dan pensil warna aku keluarkan sambil menunggu kakakku membawakan kami donat. Sesampainya kotak donat di depan wajahnya, spontanitas dia berkata "Hore kita makan", dengan lahapnya hampir dua lingkaran donat dia habiskan.Hampir membuat rusuh dengan meja di sebelah kami, kami memutuskan untuk segera pergi.

Kami bertemu lagi dengan kakakku dan istrinya dan anaknya, Ewaldo. Keputusan kami buat, Alantha pergi dengan kakakku yang laki-laki dan kami bertiga serta Ewaldo pergi mencari sepatu. Disela- sela menuju tempat sepatu yang agak jauh, tiba-tiba ada saja kejadian menyedihkan tapi lucu. Sepatu kakak iparku ternyata mau copot solnya dan tempat toko sepatu yang kami akan tuju masih jauh dan toko sepatu atau sandal terdekat pun tidak ada. Kami bertiga sudah menahan geli tapi tiba2 saja sol bagian depannya copot dan jari-jarinya sudah menyentuh lantai tapi tidak terlalu terllihat sih kalau dilihat dari depan. Pantang menyerah kami tetap menuju toko sepatu itu dan akhirnya mau tidak mau nampaknya kita harus membeli sepatu disitu. Sambil mereka berdua memilih sepatu, aku mengangkat keponakanku Ewaldo dari trolynya dengan maksud agar ia tidak bosan. Tetapi nampaknya kenyataan berbeda walaupun aku berhasil membuatnya terhibur. Bagaimana tidak? Dengan cepatnya ia menjatuhkan semua sepatu-sepatu yang tergantung dan tertata rapih. Sangat tertawa puas ia. yahhh.. aku tak perlu menceritakan apalagi kelanjutannya..

yang penting Januari sudah tiba...

Minggu, 01 Januari 2012